CINTA Anda tidak hidup dalam sebuah ruang kosong. Terdapat teman dan keluarga yang bisa menguatkan ataupun menghancurkan hubungan cinta Anda dan si dia.
Selain tempat berbagi cerita bahagia, teman dan keluarga laksana bahu yang siap menopang Anda kala sedih. Berikut beberapa peran mereka dalam memelihara keindahan cinta Anda, seperti dilansir Yourtango.
Berbagi waktu
Saat jatuh cinta, mudah bagi Anda untuk melupakan orang lain. Hati dan pikiran Anda sudah penuh dengan bayangan si pujaan hati.
Namun, meski Anda benar-benar mencintainya, tetaplah sisihkan waktu bersama orang lain yang tak kalahnya mencintai Anda, yakni teman dan keluarga.
Biarkan si dia tahu Anda dekat dengan siapa. Teman dan keluarga yang memahami Anda sebagai pasangan akan membantu, menenangkan rasa frustasi, dan merayakan kebahagiaan Anda.
Punya kesamaan cerita
Untuk mendekatkan pasangan dengan teman, Anda tak perlu menghabiskan banyak waktu bersama untuk double atau triple date tiap akhir pekan.
Libatkan beberapa pasang teman yang menghadapi tantangan dan kegembiraan yang sama dengan Anda dalam hubungan. Hal tersebut akan membantu Anda untuk tetap memelihara cinta.
Andalkan teman
Orangtua pasti akan mencintai anaknya sampai mati. Oleh karena itu, ada baiknya saat berselisih dengan pasangan, jangan minta bantuan orangtua. Mereka akan subjektif menilai anaknya berada di pihak yang benar. Orangtua justru menambah runyam masalah.
Akan lebih baik jika Anda berbagi cerita dengan sahabat. Anda bisa tetap bercerita pada orangtua kalau masalah memang sudah clear.
(
Rabu, 25 November 2009
Beberapa Kriteria Pria Tentang Wanita Seksi...
Tak semua pria mengidentikkan imej seksi seorang wanita dari kemolekan tubuhnya. Banyak hal di luar faktor fisik yang tak kalah penting untuk dijadikan penilaian.
Seperti halnya wanita, pria pun menyimpan impian berbeda tentang sosok seksi. Berikut beberapa kriteria pria tentang wanita seksi, seperti dikutip dari Sheknows.
Percaya diri
Wanita seksi harus punya rasa percaya diri yang proporsional. Pria senang dengan wanita yang tahu siapa diri mereka dan apa kesukaan mereka. Percaya diri termasuk bagaimana wanita punya rencana terhadap masa depannya.
Cerdas
Wanita seksi bagi pria adalah wanita yang bisa memancing topik pembicaraan menarik saat bersamanya. Apalagi jika Anda bisa membagi banyak hal baru dengannya.
Berselera humor bagus
Pria memang suka wanita cantik, tapi saat mendapatkan seorang wanita yang bisa membuatnya tertawa, ia tak sungkan memberi nilai seksi padanya. Bahkan meskipun tubuhnya tidak hot. Berada di dekat wanita berselera humor bagus terasa menyenangkan, sekaligus menunjukkan bahwa Anda cerdas dan percaya diri.
Punya senyum indah
Wanita dengan deretan gigi putih, bersih, dan rapi punya daya tarik tersendiri di mata pria. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa Anda mampu merawat tubuh dengan baik.
Berjiwa petualang
Mendapati wanita punya jiwa petualang, pria akan memandangnya sebagai wanita seksi. Wanita penuh spontanitas dan tak canggung melakukan hal-hal gila punyai nilai plus di mata pria.
Bisa menempatkan diri
Rasanya, tak ada seorangpun pria yang suka dengan wanita dominan. Egonya bakal meluap saat Anda memperlakukannya bak bocah ingusan, apalagi di hadapan keluarga dan teman-temannya. Wanita seksi adalah wanita yang bisa menempatkan diri dengan baik.
@ reason why man loves do sexs...
BERCINTA adalah cara menyenangkan untuk memastikan kualitas kesehatan tetap terjaga. Untuk tujuan itu, pria tentu sependapat bahwa bercinta lebih mudah daripada menjadi member di gym.
Bagi pria yang cenderung berhati-hati terhadap uang dan kesehatannya, seks ibarat resep dokter. Kalau ingin sembuh dari sakit tentu ia tak akan menolak minum. Karena itu, pria jarang menolak ajakan wanita untuk bercinta.
Berikut ini beberapa alasan yang dikemukakannya, seperti dilansir Askmen.
Bercinta mendorong sistem kekebalan tubuh
Rutin intercourse meningkatkan level immunoglobulin A, sebuah antibodi yang diketahui mendorong sistem kekebalan tubuh. Bercinta satu atau dua kali seminggu membantu menjaga tubuh dari virus flu, contohnya.
Bercinta meningkatkan intimasi
Tepat saat orgasme, sejumlah hormon endorphins dilepaskan dan tingkat hormon oxytocin (disebut juga hormon cinta), meningkat lima kali dari angka normalnya.
Oxytocin berkaitan pula dengan rasa murah hati dan berperan sebagai neurotransmitter dalam otak untuk membangun kepercayaan.
Bercinta menyembuhkan nyeri
Oxytocin, serotonin, dan endorphins yang dilepaskan saat mencapai puncak kenikmatan membantu meredakan nyeri, seperti pada sakit kepala dan arthritis.
Bercinta membuat tidur lebih nyenyak
Oxytocin dan serotonin yang dilepaskan selama orgasme terdengar bagai obat menakjubkan yang bisa membuat Anda tidur pulas. Tidur tenang memberi keuntungan kesehatan lainnya, seperti memelihara berat badan dan menurunkan tekanan darah.
Bercinta memelihara kesehatan reproduksi jangka panjang
Olahraga Mr P lewat ereksi adalah kunci memelihara sehatnya kehidupan seks Anda. Pria yang tidak melakukan aktivitas seksual atau masturbasi berisiko lebih besar terhadap penile atrophy. Bercintalah setidaknya tiga kali sepekan sebagai cara mencegah disfungsi ereksi.
Jumat, 13 November 2009
MENINGKATKAN KECERDASAN ANAK
Tingkat intelegensia bukan sebuah harga mati, namun bisa diupayakan.
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dalam perkembangan seseorang. Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam. Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang. Artinya, anak akan belajar dari pengalaman jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia dan potensinya.
Dikutip dari artikel Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak. Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian dianggap sebagai harga mati. Dalam artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
Dr. Howard Gardner, seorang psikologi dari Universitas Harvard, AS mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. ”Setiap orang mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligence”, katanya. Seperti,Mozart adalah pemusik jenius, seorang komposer sekaligus symphonies yang menjadi salah satu contoh pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan Einstein adalah salah satu ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Apakah Einstein lebih cerdas dibanding Mozart? Jika ditilik dari teori multiple inteligensia, Einstein dan Mozart sama-sama cerdas tapi berbeda bidang. Jadi anak Anda pun berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang.
Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial, musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri. Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.
Mungkin saja tidak semua anak berpotensi menjadi Einstein, tapi sudah kewajiban orangtua untuk berusaha mengembangkan pola unik tiap kecerdasan anak. Teori Howard menjadi acuan setiap sekolah dan guru. Selama bertahun-tahun, pendidik mengembangkan arahan strategi agar kegiatan belajar makin menarik. Sekolah mengadopsi multiple intelligence melalui laporan pendekatan akademik tes yang mencakup area kecerdasan seni, musik, edukasi fisik, hubungan sosial, pemahaman akan diri sendiri dan menyukai alam.
Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan berbagai aktifitas.
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dalam perkembangan seseorang. Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam. Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang. Artinya, anak akan belajar dari pengalaman jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia dan potensinya.
Dikutip dari artikel Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak. Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian dianggap sebagai harga mati. Dalam artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
Dr. Howard Gardner, seorang psikologi dari Universitas Harvard, AS mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. ”Setiap orang mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligence”, katanya. Seperti,Mozart adalah pemusik jenius, seorang komposer sekaligus symphonies yang menjadi salah satu contoh pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan Einstein adalah salah satu ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Apakah Einstein lebih cerdas dibanding Mozart? Jika ditilik dari teori multiple inteligensia, Einstein dan Mozart sama-sama cerdas tapi berbeda bidang. Jadi anak Anda pun berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang.
Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial, musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri. Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.
Mungkin saja tidak semua anak berpotensi menjadi Einstein, tapi sudah kewajiban orangtua untuk berusaha mengembangkan pola unik tiap kecerdasan anak. Teori Howard menjadi acuan setiap sekolah dan guru. Selama bertahun-tahun, pendidik mengembangkan arahan strategi agar kegiatan belajar makin menarik. Sekolah mengadopsi multiple intelligence melalui laporan pendekatan akademik tes yang mencakup area kecerdasan seni, musik, edukasi fisik, hubungan sosial, pemahaman akan diri sendiri dan menyukai alam.
Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan berbagai aktifitas.
Membangun Anak untuk Tumbuh Ber-AKAR
Pada suatu ketika saya membaca salah satu buku ensiklopedia anak-anak. Di dalamnya ada penjelasan tentang akar tumbuhan. Beberapa hal inti yang disampaikan misalnya saja bahwa akar itu tidak seindah daun atau bunga. Ia juga tidak berwarna-warni indah seperti mereka. Namun ia memiliki peran yang sangat penting. Ia bisa menunjang batang pohon dengan sangat kuat. Ia selalu berusaha mencari air dan mineral yang nantinya akan menjadi asupan bagi tanaman.
Dijelaskan pula bahwa akar memiliki dorongan mencara air yang sangat kuat sehingga ia mampu menjebol trotoar untuk mendekati air di sebuah hidran. Akar juga mampu menyesuaikan dirinya untuk masuk ke celah-celah kecil (mencari air di dalam relung-relung tanah) atau menghadapi kondisi iklim yang berbeda (mengakar pada batu karang di gunung bersalju). Tapi yang sungguh mengagumkan adalah ia bekerja dalam hening dan tidak terlihat dari luar.
Sampai sini terjadilah pencerahan! Saya menemukan sebuah kebijaksanaan dari akar. Saya dituntun untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa manusia sebaiknya meneladani akar. Ada hal-hal yang sebaiknya ada pada manusia, yang dapat diakronimkan sebagai AKAR, yaitu Angan-angan, Konsistensi, Adaptif dan Rendah hati. Sebagai manusia kita bisa bertumbuh dengan memperhatikan AKAR kita.
ANGAN-ANGAN
Agar hidupnya lebih terarah manusia disarankan untuk dengan sengaja memiliki angan-angan. Kemampuan menciptakan angan-angan barangkali salah satu karunia yang dimiliki oleh manusia. Saya membayangkan bahwa akar sangat memahami apa yang ia inginkan dan bagaimana merealisasikan keinginan tersebut.
Coba perhatikan sekeliling kita saat ini. Banyak kenyataan yang berawal dari mimpi. Misalnya saja komunikasi via email, pergi ke bulan atau keajaiban internet sebagai perwujudan mimpi manusia untuk mengadakan komunikasi antar komputer.
Untuk itu beranilah berangan-anganlah sebelum dilarang dan dikenai pajak!
KONSITENSI
Jika Anda telah memiliki angan-angan, maka tahap berikut untuk mewujudkan angan-angan itu adalah dengan berusaha secara konsisten. Perhatikan bahwa akar sangat konsisten untuk mewujudkan angan-angannya mencapai sumber air. Ia tidak menyerah walaupun kondisinya sulit. Komitmennya untuk mencari air sebagai tanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan daun, bunga dan sebagainya membuatnya akan berusaha sangat keras untuk menemukannya.
Sayang sungguh sayang bahwa konsistensi ini juga mengharuskan kerja keras dan ketekunan. Hal-hal yang tidak terlalu disukai oleh kebanyakan penghuni planet bumi. Tapi kebanyakan orang berhasil ternyata memiliki kualitas ini.
Konsistensi juga dapat menjadi salah satu bentuk pengujian terhadap angan-angan kita. Jika kita tidak cukup konsisten, maka kita bisa bertanya pada diri sendiri apakah angan-angan tersebut memang sungguh-sungguh kita inginkan atau tidak. Bandingkan dengan akar bahwa konsistensi mencari air dan mineral memang sungguh-sungguh dilakukan tanpa menyerah.
ADAPTIF
Akar mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat hebat. Ia bisa membuat dirinya menjadi sangat kecil untuk masuk ke celah-celah tanah dalam rangka mencapai sumber air. Akar juga sanggup bekerja di pegunungan bersalju dengan menancap pada karang dengan sangat kuat untuk melindungi tanaman dari angin.
Dalam perziarahan di dunia ini, manusia kerap dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia harus (mau tidak mau) melakukan adaptasi dalam berbagai hal dilingkungannya untuk bertahan. Namun kerap kita menemukan diri kita tidak mau atau tidak mampu melakukan penyesuain yang diperlukan dalam rangka mencapai angan-angan kita.
Kemampuan untuk melakukan adaptasi pada hakikatnya merupakan upaya pemecahan masalah, dimana kita memilih salah satu alternatif yang dianggap paling baik, berdasarkan pengenalan kita akan berbagai kondisi internal dan eksternal, termasuk asumsi-asumsi yang ada di dalamnya.
RENDAH HATI
Akar dengan sangat mengagumkan telah menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Dengan menyandang peran yang begitu besar dan penting ia bekerja tanpa banyak bicara, tidak perlu menampilkan diri. Tapi semua orang tahu bahwa jika ingin menghabisi sebuah tumbuhan, harus dihabisi sampai ke akar-akarnya.
Spirit seperti ini yang perlu dikembangkan dalam proses pengembangan diri, dimana seseorang tetap mampu merasa ada yang belum berkembang dalam dirinya dan mau menerima berbagai informasi secara terbuka. Hanya dengan memiliki kerendahan hati, seseorang akan mengalami sebuah proses pengembangan yang berkesinambungan.
Perasaan cepat puas dan merasa pendapat saya yang paling benar memang merupakan pagar pembatas yang sesungguhnya kita ciptakan sendiri, dan kadang-kadang kerap diperkuat oleh lingkungan.
Dengan demikian, jika kita ingin terus mengembangkan diri Anda (yang sesungguhnya adalah hak sekaligus kewajiban), ikutilah teladan akar.
Sekian dulu pemaparan tentang tumbuh meneladani AKAR, yang rasanya masih bisa dikembangkan lebih jauh sebagai konsep dasar dalam proses pengembangan diri.
Buku Raising DRUG-FREE Children oleh Veronica Colondam.
Dijelaskan pula bahwa akar memiliki dorongan mencara air yang sangat kuat sehingga ia mampu menjebol trotoar untuk mendekati air di sebuah hidran. Akar juga mampu menyesuaikan dirinya untuk masuk ke celah-celah kecil (mencari air di dalam relung-relung tanah) atau menghadapi kondisi iklim yang berbeda (mengakar pada batu karang di gunung bersalju). Tapi yang sungguh mengagumkan adalah ia bekerja dalam hening dan tidak terlihat dari luar.
Sampai sini terjadilah pencerahan! Saya menemukan sebuah kebijaksanaan dari akar. Saya dituntun untuk sampai pada sebuah kesimpulan bahwa manusia sebaiknya meneladani akar. Ada hal-hal yang sebaiknya ada pada manusia, yang dapat diakronimkan sebagai AKAR, yaitu Angan-angan, Konsistensi, Adaptif dan Rendah hati. Sebagai manusia kita bisa bertumbuh dengan memperhatikan AKAR kita.
ANGAN-ANGAN
Agar hidupnya lebih terarah manusia disarankan untuk dengan sengaja memiliki angan-angan. Kemampuan menciptakan angan-angan barangkali salah satu karunia yang dimiliki oleh manusia. Saya membayangkan bahwa akar sangat memahami apa yang ia inginkan dan bagaimana merealisasikan keinginan tersebut.
Coba perhatikan sekeliling kita saat ini. Banyak kenyataan yang berawal dari mimpi. Misalnya saja komunikasi via email, pergi ke bulan atau keajaiban internet sebagai perwujudan mimpi manusia untuk mengadakan komunikasi antar komputer.
Untuk itu beranilah berangan-anganlah sebelum dilarang dan dikenai pajak!
KONSITENSI
Jika Anda telah memiliki angan-angan, maka tahap berikut untuk mewujudkan angan-angan itu adalah dengan berusaha secara konsisten. Perhatikan bahwa akar sangat konsisten untuk mewujudkan angan-angannya mencapai sumber air. Ia tidak menyerah walaupun kondisinya sulit. Komitmennya untuk mencari air sebagai tanggung jawab terhadap kelangsungan kehidupan daun, bunga dan sebagainya membuatnya akan berusaha sangat keras untuk menemukannya.
Sayang sungguh sayang bahwa konsistensi ini juga mengharuskan kerja keras dan ketekunan. Hal-hal yang tidak terlalu disukai oleh kebanyakan penghuni planet bumi. Tapi kebanyakan orang berhasil ternyata memiliki kualitas ini.
Konsistensi juga dapat menjadi salah satu bentuk pengujian terhadap angan-angan kita. Jika kita tidak cukup konsisten, maka kita bisa bertanya pada diri sendiri apakah angan-angan tersebut memang sungguh-sungguh kita inginkan atau tidak. Bandingkan dengan akar bahwa konsistensi mencari air dan mineral memang sungguh-sungguh dilakukan tanpa menyerah.
ADAPTIF
Akar mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat hebat. Ia bisa membuat dirinya menjadi sangat kecil untuk masuk ke celah-celah tanah dalam rangka mencapai sumber air. Akar juga sanggup bekerja di pegunungan bersalju dengan menancap pada karang dengan sangat kuat untuk melindungi tanaman dari angin.
Dalam perziarahan di dunia ini, manusia kerap dihadapkan pada situasi-situasi dimana ia harus (mau tidak mau) melakukan adaptasi dalam berbagai hal dilingkungannya untuk bertahan. Namun kerap kita menemukan diri kita tidak mau atau tidak mampu melakukan penyesuain yang diperlukan dalam rangka mencapai angan-angan kita.
Kemampuan untuk melakukan adaptasi pada hakikatnya merupakan upaya pemecahan masalah, dimana kita memilih salah satu alternatif yang dianggap paling baik, berdasarkan pengenalan kita akan berbagai kondisi internal dan eksternal, termasuk asumsi-asumsi yang ada di dalamnya.
RENDAH HATI
Akar dengan sangat mengagumkan telah menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Dengan menyandang peran yang begitu besar dan penting ia bekerja tanpa banyak bicara, tidak perlu menampilkan diri. Tapi semua orang tahu bahwa jika ingin menghabisi sebuah tumbuhan, harus dihabisi sampai ke akar-akarnya.
Spirit seperti ini yang perlu dikembangkan dalam proses pengembangan diri, dimana seseorang tetap mampu merasa ada yang belum berkembang dalam dirinya dan mau menerima berbagai informasi secara terbuka. Hanya dengan memiliki kerendahan hati, seseorang akan mengalami sebuah proses pengembangan yang berkesinambungan.
Perasaan cepat puas dan merasa pendapat saya yang paling benar memang merupakan pagar pembatas yang sesungguhnya kita ciptakan sendiri, dan kadang-kadang kerap diperkuat oleh lingkungan.
Dengan demikian, jika kita ingin terus mengembangkan diri Anda (yang sesungguhnya adalah hak sekaligus kewajiban), ikutilah teladan akar.
Sekian dulu pemaparan tentang tumbuh meneladani AKAR, yang rasanya masih bisa dikembangkan lebih jauh sebagai konsep dasar dalam proses pengembangan diri.
Buku Raising DRUG-FREE Children oleh Veronica Colondam.
9 Ways to Support Your Teen At Home
1. Listen, really listen.
Don't try to listen while doing something else. Put your chores aside so your teen knows you are paying attention.
2. Take the long view.
Remember, minor mishaps aren't major catastrophes. All incidents provide opportunities to practice good communication. Often, categorizing incidents according to their importance will help keep responses and consequences appropriate. Choose only the most important issues to evoke the strongest consequences.
3. Make time for being together.
Find activities you enjoy doing together and pursue them. If your invitation gets turned down, keep trying!
4. Tolerate differences.
View your teenager as an individual distinct from you. However, this doesn't mean you can't state your opinion if you disagree.
5. Respect your teen's privacy.
Just because he/she wants to keep their door locked, doesn't mean he/she is doing anything you wouldn't approve of. But, if a behavior is worrying you, speak up!
6. State facts instead of opinions when you praise or discuss problems.
Ask your teen to demonstrate "Open the Front Door" - a communication tool we use at SuperCamp.
O - is an objective observation about the situation.
T - is a thought or opinion about what you observed.
F - is a feeling you had about what you observed.
D - is what you want, your desire or outcome of the situation.
Practicing this together is great for keeping the doors open!
7. Ask your teen about his/her learning style.
Knowing there are differences goes a long way toward explaining why we have problems understanding and communicating with some people and not with others. When you know what cues he/she picks up on most easily (visual, auditory or kinesthetic), you can take steps to help him/her learn faster and more easily.
8. Support a positive attitude about learning.
Create a positive study environment that includes appropriate reference materials, music and reminders that he/she is intelligent (like old report cards, awards, notes from teachers...). It is also helpful to demonstrate your own positive feelings about learning.
9. Celebrate success!
Positive feedback goes a long way to encourage repeat behavior. Each accomplishment by a family member deserves acknowledgement, whether verbal or by means of a special treat, like a trip to the movies, a special dessert, or posting on the bulletin board.
Don't try to listen while doing something else. Put your chores aside so your teen knows you are paying attention.
2. Take the long view.
Remember, minor mishaps aren't major catastrophes. All incidents provide opportunities to practice good communication. Often, categorizing incidents according to their importance will help keep responses and consequences appropriate. Choose only the most important issues to evoke the strongest consequences.
3. Make time for being together.
Find activities you enjoy doing together and pursue them. If your invitation gets turned down, keep trying!
4. Tolerate differences.
View your teenager as an individual distinct from you. However, this doesn't mean you can't state your opinion if you disagree.
5. Respect your teen's privacy.
Just because he/she wants to keep their door locked, doesn't mean he/she is doing anything you wouldn't approve of. But, if a behavior is worrying you, speak up!
6. State facts instead of opinions when you praise or discuss problems.
Ask your teen to demonstrate "Open the Front Door" - a communication tool we use at SuperCamp.
O - is an objective observation about the situation.
T - is a thought or opinion about what you observed.
F - is a feeling you had about what you observed.
D - is what you want, your desire or outcome of the situation.
Practicing this together is great for keeping the doors open!
7. Ask your teen about his/her learning style.
Knowing there are differences goes a long way toward explaining why we have problems understanding and communicating with some people and not with others. When you know what cues he/she picks up on most easily (visual, auditory or kinesthetic), you can take steps to help him/her learn faster and more easily.
8. Support a positive attitude about learning.
Create a positive study environment that includes appropriate reference materials, music and reminders that he/she is intelligent (like old report cards, awards, notes from teachers...). It is also helpful to demonstrate your own positive feelings about learning.
9. Celebrate success!
Positive feedback goes a long way to encourage repeat behavior. Each accomplishment by a family member deserves acknowledgement, whether verbal or by means of a special treat, like a trip to the movies, a special dessert, or posting on the bulletin board.
Mengenali Kebutuhan Emosi Anak
Mengenali Kebutuhan Emosi Anak
Oleh: Veronica Colondam
Sebagai orang tua, kita perlu memperhatikan kondisi emosi anak. Membantu mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka rasakan pada saat-saat tertentu dalam hidup mereka yang membantu untuk memproses emosi mereka menuju kematangan emosi.
Dalam menghadapi anak, orangtua diperhadapkan empat jenis kondisi emosi seperti moody, marah, kesedihan dan stress (untuk stress akan dibahas pada artikel selanjutnya).
Meregulasi mood anak
Remaja dikenal dengan masa mood swing yang sulit diprediksi. David Wilmes (1995) nengkategorikan empat macam mood yang cukup konsisten yang dialami remaja yakni H.A.L.T (Hungry,Angry,Lonely,Tired). Keempat hal ini adalah indicator untuk menjelaskan ketidaknyaman atau rasa aneh yang terjadi dalam diri anak. Oleh karena itu, anak perlu diajar berwaspada terhadap hal tersebut dan bagaimana bersikap untuk mengatasinya.
Hungry. “Sudah makan koq lapar terus."
Angry. “Lagi sebel aja, padahal ga ada yang ganggu.”
Lonely. “Suka kesepian walau banyak orang di sekelilingku.”
Tired. “Kenapa sering lelah padahal sudah cukup tidur.”
Strategi untuk mempertahankan mood baik pada anak adalah :
Jauhi makanan fast food dan junk food. Anak perlu nutrisi yang baik untuk pertumbuhan. Kebanyakan junk food secara kedokteran dapat menimbulkan bosan dan depresi. Nutrisi yang seimbang dan variasi makanan dapat mendatangkan mood yang baik.
Cukup tidur. Remaja yang tidak mendapat waktu tidur yang cukup karena bekerja atau sekadar menonton TV membawa akibat negative terhadap perasaan di hari berikutnya. Riset yang dikutip dalam buku Parenting for Prevention yang ditulis David Wilmes tahun 1995 menemukan remaja perlu 8-9 jam tidur setiap malam untuk “berfungsi” dengan baik. Pertahankan jam rutin tidur sesuai umur anak: anak SD tidur antara jam 8-8.30; SMP jam 8.30-9 dan SMU jam 9-10 malam.
Beraktifitas fisik dan berolahraga. Melakukan aktifitas yang fun sebaiknya dilakukan secara rutin. Biarkan anak memilih jenis olahraga atau kegiatan yang menyenangkan dia. Hal ini akan sangat membantu untuk membangun mood baik. Jauhkan dari aktifitas pasif seperti main game, nonton TV atau sekedar duduk di depan computer/internet.
Ajar anak untuk membicarakan perasaan yang tidak nyaman yang mereka rasakan dan sampaikan kepada anak anda bahwa jika mereka tidak nyaman maka seisi rumah juga merasa tidak nyaman.
Strategi untuk mengontrol amarah anak.
Amarah sebenarnya memiliki potensi membangun karena rasa marah dapat memberi kita energi untuk memecahkan masalah-masalah dan memuaskan kebutuhan kita. Meskipun demikian, ada perbedaan besar antara memuaskan kebutuhan dengan ekspresi marah yang destruktif yang dilakukan dengan cara yang tidak pantas. Hanya karena anda ‘membutuhkan’ krayon biru tidak membuatnya memiliki alas an untuk memukul teman sekelasnya yang tidak mengembalikan krayon itu pada tempatnya. Sebagai orang tua, anda bertanggungjawab mengajar anak anda bahwa marah itu diperbolehkan, namun tidak berlaku untuk bertingkah laku kasar. Berikut saran dari Pat Huggins, instruktur klinik dalam Graduate School of Counseling di Universitas of Washington di tahun 1993 yang akan menolong dalam membantu anak mengontrol amarahnya.
Trik Kura – Kura
Ketika anak anda kesal, biarkan dia mencoba melakukan trik kura-kura, (anda dapat melatihnya saat dia sedang tidak dalam kondisi marah). Tuntun anak anda untuk memikirkan waktu atau berikan contoh situasi saat dia marah. Biarkan itu mengingat perasaan yang muncul saat emosi-emosi itu muncul. Jelaskan padanya, bahwa daripada ia memukul atau memanggil nama seseorang, dia dapat berpua-pura menjadi kura-kura. Saat seekor kura-kura takut atau marah, ia bersembunyi dalam tempurungnya, tempat ia merasa aman. Tempurung itu memberikan kesempatan kepada kura-kura untuk menenangkan dirinya karena itu melindunginya dari pihak luar. Jika anak anda masuk ke dalam ‘tempurung’ itu akan melindunginya karena ia tidak akan mendapat kesulitan akibat memukul teman bermainnya. Hal ini secara umum terebukti efektif diterapkan pada anak-anak di sekolah dasar yang gemar melakukan permainan ‘berpura-pura’ meskipun membutuhkan waktu beberapa saat sebelum mereka dapat fasih memainkannya.
Berbicara pada diri sendiri
Ini dapat menjadi langkah kedua setelah melakukan trik kura-kura atau bisa juga dilakukan secara terpisah. Ketika anak anda marah, biarkan dia berbicara kepada diri sendiri. Biar berkata dengan suara keras, “Tarik napas dalam-dalam dan rileks.” Kemudian biarkan dia berkata pelan kepada dirinya sendiri. Latih dia untuk mengatakan kalimat-kalimat seperti “Saya dapat mengontrol sikap” atau “Saya akan memikirkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah ini.”
Oleh: Veronica Colondam
Sebagai orang tua, kita perlu memperhatikan kondisi emosi anak. Membantu mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka mengenali emosi atau perasaan yang mereka rasakan pada saat-saat tertentu dalam hidup mereka yang membantu untuk memproses emosi mereka menuju kematangan emosi.
Dalam menghadapi anak, orangtua diperhadapkan empat jenis kondisi emosi seperti moody, marah, kesedihan dan stress (untuk stress akan dibahas pada artikel selanjutnya).
Meregulasi mood anak
Remaja dikenal dengan masa mood swing yang sulit diprediksi. David Wilmes (1995) nengkategorikan empat macam mood yang cukup konsisten yang dialami remaja yakni H.A.L.T (Hungry,Angry,Lonely,Tired). Keempat hal ini adalah indicator untuk menjelaskan ketidaknyaman atau rasa aneh yang terjadi dalam diri anak. Oleh karena itu, anak perlu diajar berwaspada terhadap hal tersebut dan bagaimana bersikap untuk mengatasinya.
Hungry. “Sudah makan koq lapar terus."
Angry. “Lagi sebel aja, padahal ga ada yang ganggu.”
Lonely. “Suka kesepian walau banyak orang di sekelilingku.”
Tired. “Kenapa sering lelah padahal sudah cukup tidur.”
Strategi untuk mempertahankan mood baik pada anak adalah :
Jauhi makanan fast food dan junk food. Anak perlu nutrisi yang baik untuk pertumbuhan. Kebanyakan junk food secara kedokteran dapat menimbulkan bosan dan depresi. Nutrisi yang seimbang dan variasi makanan dapat mendatangkan mood yang baik.
Cukup tidur. Remaja yang tidak mendapat waktu tidur yang cukup karena bekerja atau sekadar menonton TV membawa akibat negative terhadap perasaan di hari berikutnya. Riset yang dikutip dalam buku Parenting for Prevention yang ditulis David Wilmes tahun 1995 menemukan remaja perlu 8-9 jam tidur setiap malam untuk “berfungsi” dengan baik. Pertahankan jam rutin tidur sesuai umur anak: anak SD tidur antara jam 8-8.30; SMP jam 8.30-9 dan SMU jam 9-10 malam.
Beraktifitas fisik dan berolahraga. Melakukan aktifitas yang fun sebaiknya dilakukan secara rutin. Biarkan anak memilih jenis olahraga atau kegiatan yang menyenangkan dia. Hal ini akan sangat membantu untuk membangun mood baik. Jauhkan dari aktifitas pasif seperti main game, nonton TV atau sekedar duduk di depan computer/internet.
Ajar anak untuk membicarakan perasaan yang tidak nyaman yang mereka rasakan dan sampaikan kepada anak anda bahwa jika mereka tidak nyaman maka seisi rumah juga merasa tidak nyaman.
Strategi untuk mengontrol amarah anak.
Amarah sebenarnya memiliki potensi membangun karena rasa marah dapat memberi kita energi untuk memecahkan masalah-masalah dan memuaskan kebutuhan kita. Meskipun demikian, ada perbedaan besar antara memuaskan kebutuhan dengan ekspresi marah yang destruktif yang dilakukan dengan cara yang tidak pantas. Hanya karena anda ‘membutuhkan’ krayon biru tidak membuatnya memiliki alas an untuk memukul teman sekelasnya yang tidak mengembalikan krayon itu pada tempatnya. Sebagai orang tua, anda bertanggungjawab mengajar anak anda bahwa marah itu diperbolehkan, namun tidak berlaku untuk bertingkah laku kasar. Berikut saran dari Pat Huggins, instruktur klinik dalam Graduate School of Counseling di Universitas of Washington di tahun 1993 yang akan menolong dalam membantu anak mengontrol amarahnya.
Trik Kura – Kura
Ketika anak anda kesal, biarkan dia mencoba melakukan trik kura-kura, (anda dapat melatihnya saat dia sedang tidak dalam kondisi marah). Tuntun anak anda untuk memikirkan waktu atau berikan contoh situasi saat dia marah. Biarkan itu mengingat perasaan yang muncul saat emosi-emosi itu muncul. Jelaskan padanya, bahwa daripada ia memukul atau memanggil nama seseorang, dia dapat berpua-pura menjadi kura-kura. Saat seekor kura-kura takut atau marah, ia bersembunyi dalam tempurungnya, tempat ia merasa aman. Tempurung itu memberikan kesempatan kepada kura-kura untuk menenangkan dirinya karena itu melindunginya dari pihak luar. Jika anak anda masuk ke dalam ‘tempurung’ itu akan melindunginya karena ia tidak akan mendapat kesulitan akibat memukul teman bermainnya. Hal ini secara umum terebukti efektif diterapkan pada anak-anak di sekolah dasar yang gemar melakukan permainan ‘berpura-pura’ meskipun membutuhkan waktu beberapa saat sebelum mereka dapat fasih memainkannya.
Berbicara pada diri sendiri
Ini dapat menjadi langkah kedua setelah melakukan trik kura-kura atau bisa juga dilakukan secara terpisah. Ketika anak anda marah, biarkan dia berbicara kepada diri sendiri. Biar berkata dengan suara keras, “Tarik napas dalam-dalam dan rileks.” Kemudian biarkan dia berkata pelan kepada dirinya sendiri. Latih dia untuk mengatakan kalimat-kalimat seperti “Saya dapat mengontrol sikap” atau “Saya akan memikirkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah ini.”
Langganan:
Postingan (Atom)