Tingkat intelegensia bukan sebuah harga mati, namun bisa diupayakan.
Selama ini tingkat intelegensia menjadi bagian terpenting dalam perkembangan seseorang. Jika seseorang memiliki orangtua yang cerdas kelak anak mewarisinya. Sebaliknya, jika orang tua berenang di tempat dangkal kemungkinan anak tidak berkesempatan menyelam lebih dalam. Asumsi tradisional ini menganggap potensi kecerdasan intelegensia terbatas pada saat anak lahir. Kemudian lahirlah pandangan modern terhadap intelegensia berdasarkan kapasitas otas seseorang. Artinya, anak akan belajar dari pengalaman jika orangtua memfasilitasi anak yang kelak berdampak besar bagi intelegensia dan potensinya.
Dikutip dari artikel Kagan online magazine berjudul Raising Smarter Children Develop Your Child’s Many Ways of Being Smart yang ditulis oleh duo bersaudara, Dr Spencer Kagan dan Miguel Kagan, mengatakan bahwa ada transformasi pemahaman mengenai kecerdasan anak. Asumsi tradisional tentang kecerdasan adalah ketika anak lahir dianugerahi tingkat inteligensia tertentu yang kemudian dianggap sebagai harga mati. Dalam artian anak cerdas adalah pemberian Tuhan namun tidak bisa diupayakan.
Dr. Howard Gardner, seorang psikologi dari Universitas Harvard, AS mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. ”Setiap orang mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligence”, katanya. Seperti,Mozart adalah pemusik jenius, seorang komposer sekaligus symphonies yang menjadi salah satu contoh pemilik kecerdasan musikal. Sedangkan Einstein adalah salah satu ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Apakah Einstein lebih cerdas dibanding Mozart? Jika ditilik dari teori multiple inteligensia, Einstein dan Mozart sama-sama cerdas tapi berbeda bidang. Jadi anak Anda pun berkesempatan mengembangkan kecerdasannya di berbagai bidang.
Gardner menemukan delapan kecerdasan, yaitu cerdas bahasa, logika/matematika, visual-spasial, musik, gerak, alam, sosial dan cerdas diri. Setiap orang berpontensi memilikinya, namun perkembangannya berbeda-beda.
Mungkin saja tidak semua anak berpotensi menjadi Einstein, tapi sudah kewajiban orangtua untuk berusaha mengembangkan pola unik tiap kecerdasan anak. Teori Howard menjadi acuan setiap sekolah dan guru. Selama bertahun-tahun, pendidik mengembangkan arahan strategi agar kegiatan belajar makin menarik. Sekolah mengadopsi multiple intelligence melalui laporan pendekatan akademik tes yang mencakup area kecerdasan seni, musik, edukasi fisik, hubungan sosial, pemahaman akan diri sendiri dan menyukai alam.
Sebagai orangtua, Anda mungkin bertanya, bagaimana cara membantu anak belajar? Jawabannya banyak! Anda bisa membantu anak tumbuh lebih cerdas dengan mengeksplorasi anak dengan berbagai aktifitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar